3 Tips Ampuh Cara Mengetahui Siapa Temanmu yang Sebenarnya

Muhammad Nurul Hakim
5 min readDec 19, 2023

--

Photo by Duy Pham on Unsplash

Waktu kecil, bertemanlah dengan siapapun. Perbanyak teman.

Makin banyak teman, bisa main sama siapa aja. Kemana-mana ketemu teman.

Di sini teman, di sana teman. Dimana-mana ketemu teman.

Pokoknya hidup semasa kecil itu begitu mengasikkan.

Tapi, begitu beranjak remaja menuju dewasa, satu persatu teman yang dulu menemani masa kecilmu menghilang. Dalam arti mereka memiliki prioritas hidup sendiri, yang mungkin berbeda dengan prioritas hidup yang kamu miliki.

Di awal menjalani masa menuju dewasa, mungkin kamu kaget dengan kondisi pertemanan yang ada. Pengen bisa tetep nongkrong bareng, tapi si A kok nolak mulu, si B kok malah lebih milih nongkrong sama geng kampung sebelah, si C lebih milih di rumah aja bareng anak istrinya.

Semakin dewasa, circle pertemanan semakin mengecil. Bahkan pada akhirnya kamu akan sendirian. Semua teman kamu punya hidup sendiri-sendiri, dan lebih memilih menggeluti aktifitas yang menuju impian mereka daripada menyambung silaturahim. Itu wajar.

Kadang ada segelintir teman yang merespon senang ketika diajak ketemuan setelah sekian lama, tapi harus mengatur jadwal sedemikian rupa. Ya tentunya karena ada kesibukan rutin yang nggak bisa ditinggal sewaktu-waktu.

Photo by Andrew Moca on Unsplash

Kehidupan dewasa tidak lagi sesederhana kehidupan masa kecil.

Sekawanan sahabat pun ketika menjalani proses pendewasaan terkadang harus berhadapan dengan situasi sulit. Mau memilih karir atau pertemanan misalnya. Di kota sekarang bareng sahabat, potensi karir seseorang mungkin akan gitu-gitu aja. Kalo pengen naik kelas, maka ia harus migrasi ke kota lain demi karir. Efeknya ia akan berpisah dari sahabat.

Untuk ukuran kedewasaan seseorang, biasanya bisa dilihat dari cara dia bertanggungjawab atas hidupnya. Kalo masih suka menyalahkan orang lain atau situasi tertentu atas keputusan hidupnya, maka orang itu belum benar-benar dewasa. Sebaliknya, kalo seseorang siap menerima apapun konsekuensi yang timbul atas keputusannya, maka ia sudah tergolong pribadi dewasa. Termasuk keputusan untuk pindah kota demi karir, atau tetep stay di kota sekarang tapi melupakan jenjang karir.

Ada sebuah kalimat yang ciamik dari seseorang. Kurang lebih begini:

“Ketika kita mengiyakan semua orang, maka kita menjadi musuh diri kita sendiri.”

Photo by Johannes Plenio on Unsplash

Suka Duka Hidup

Biasanya anak kecil akan cenderung merasa bahagia menjalani hari-harinya. Pada umumnya anak kecil belum memikirkan biaya listrik bulanan, uang belanja bulanan, biaya paket internet, biaya sekolah, bayar utang dan seabrek kewajiban lainnya.

Semakin dewasa, maka si anak tadi akan berjumpa dengan realita hidup yang sebenarnya. Kalo dulu di masa kecil, orangtua masih ada, dan semua biaya hidup diurus sepenuhnya oleh orangtua, maka si anak mulai memahami bahwa hidup itu ternyata sangat butuh perjuangan.

Simpelnya: “ora obah, ora mamah”, yang artinya “nggak gerak kerja, nggak makan”.

Pas hidup lagi banyak duit, plus bahagia lahir batin, biasanya semua terasa baik-baik saja. Tapi berbeda ketika mengalami masa sulit.

Bisa jadi seseorang memiliki kondisi ekonomi yang super sulit yang mengharuskan ia berhutang ke teman agar bisa makan. Meminta pertolongan sambil menahan rasa malu. Tapi teman-temannya tidak ada yang bersedia menolong.

Bisa juga seseorang terkena fitnah, hingga harus di-PHK atas kesalahan yang tidak pernah ia perbuat. Lalu meminta tolong ke teman-temannya agar mau membantu mencarikan pekerjaan lagi. Teman-teman yang ia harapkan bisa membantu, ternyata telah termakan oleh fitnah keji. Mereka percaya bahwa ia adalah orang jahat, layak diperlakukan buruk hingga nggak berhak memperoleh pekerjaan lagi.

Jika kamu pernah mengalami masa sulit, coba bayangkan kembali masa-masa itu. Kemana teman-temanmu di saat kamu sedang terpuruk?

Bahkan ada yang tadinya teman, lalu pergi menghilang setelah tahu kamu sedang dilanda kesulitan.

Memang benar kalimat yang pernah disampaikan Sahabat Umar bin Khattab. Beliau telah mengajarkan bagaimana cara mengetahui karakter asli seseorang, yaitu dengan mengajaknya bepergian jauh, mengajaknya bermuamalah atau berbisnis, dan memberinya amanah.

1. Bepergian Jauh

Ketika melakukan perjalanan jauh, biasanya seseorang akan mengalami masa susah dan senang. Misalnya tiba-tiba ketemu orang rese di jalan, ketemu situasi kayak sinyal internet mati, persediaan makanan habis, atau sekelumit permasalahan lain yang mungkin timbul selama perjalanan.

Pada saat terdampak sebuah masalah, sifat asli seseorang akan gampang terkuak. Apakah ia bisa mengontrol emosinya? Apakah ia mengedepankan ego dirinya dibanding orang lain? Apakah ia pribadi yang ternyata pelit dengan menyembunyikan stok makanan dari teman-temannya?

2. Bermuamalah atau Berbisnis

Mengajak seseorang untuk berhubungan terkait hal duniawi seperti berbisnis bisa membantu memunculkan sifat aslinya.

Dengan berbisnis atau berdagang, kita bisa menilai apakah orang tersebut memiliki sifat egois dan serakah karena menyepelekan hak orang lain? Apakah orang tersebut menjual barang berkualitas jelek yang tidak seperti yang ia janjikan? Apakah orang tersebut mencurangi timbangan?

3. Berikan Amanah

Menjaga kepercayaan itu berat, tak sembarang orang bisa melakukannya. Maka coba berikan temanmu sebuah amanah. Misalnya kamu mau pergi selama beberapa hari, coba titipkan tanaman favoritmu kepadanya untuk dirawat. Jika ternyata tanaman kamu kering dan tak terawat, maka temanmu bukan orang yang amanah.

Cara lain bisa jadi kamu menitipkan sebuah pesan ke temanmu untuk disampaikan ke seseorang. Jika ternyata pesan tersebut tidak pernah sampai. Temanmu bisa beralasan lupa atau karena hal lain, terlebih ia bernada menyepelekan kepercayaan dari kamu, maka artinya temanmu tidak amanah.

Semoga tips dari Umar bin Khattab tersebut bermanfaat untuk kamu. Meskipun kamu sedang ditinggal teman-temanmu, tak apa tak perlu bersedih, karena boleh jadi Allah akan mendatangkan teman baru yang sevibrasi dengan kamu saat ini.

Kalopun ternyata kamu mengalami masa stress, kamu bisa memilih ikhtiar untuk melepaskan stress dari hidup kamu. Salah satu cara menghilangkan stress bisa kamu dapatkan dengan klik di sini.

Tapi tetaplah ingat, bahwa semakin kita dewasa, maka circle pertemanan kita akan mengecil. Itu hukum alam.

Jadi, waktu dan kejadian akan membantu kita menyeleksi teman-teman terbaik.

--

--

Muhammad Nurul Hakim

I enjoy discussing various topics such as my daily activities, business, productivity, and tech matters. Visit my personal blog at: https://hakim.orderio.my.id