Bebas Sharing Brutal

Muhammad Nurul Hakim
3 min readSep 4, 2024

--

Nggak peduli apa pun omongan orang. Udah, jualan aja! Promosi aja terus.

Toh, orang lain nggak peduli kamu makan apa hari ini. Malah mungkin orang lain nggak peduli hari ini kamu bisa makan atau nggak.

Orang lain mana peduli, apakah tagihan listrik rumah kamu udah dibayar atau belum. Uang sekolah anak udah ada atau belum. Orang mana peduli, beras di rumahmu masih ada atau habis.

Ilustrasi hasil generate AI

Sadar atau nggak, orang hanya peduli diri mereka sendiri.

Menyakitkan? Ngapain harus merasa sakit atas fakta itu?!

Aku belajar bahwa ‘hidupmu adalah tanggung jawabmu’. Nggak perlu menggantungkan hidup ke orang lain. Berdikarilah.

Harusnya kalo tahu fakta tadi, ayo bergerak! Sediakan solusi buat masalah orang lain. Bantu mereka yang peduli diri mereka sendiri. Buat mereka puas karena masalah beres melalui solusi di produk yang kita jual.

Dengan membantu orang membereskan masalah mereka, ada peluang baik di situ. Orang merasa terbantu, orang mau membayar.

Jaman sekarang jauh lebih enak daripada jaman dulu. Sekarang udah ada internet. Dengan memanfaatkan internet, kita bisa berbagi banyak hal ke banyak orang sekaligus.

Bikin konten tulisan, lalu dibaca 100 orang. Bikin konten video, lalu ditonton 1000 orang. Itu semua terjadi dalam hitungan jam. Kamu nggak perlu mempersiapkan venue berkapasitas 1000 orang. Sejumlah orang itu hanya mengonsumsi konten bikinan kamu dari lokasi mereka masing-masing. Bayangin kalo internet belum semasif sekarang, mau ngumpulin orang sejumlah itu perlu perjuangan tingkat tinggi. Repot!

Jadi, mari manfaatkan internet untuk banyak hal. Berbagi kebahagiaan. Berbagi ilmu, atau apa pun asalkan hal positif.

Hal yang menurut kita gampang, boleh jadi sesuatu yang susah menurut orang lain. Contoh kita merasa nulis itu gampang banget, tapi orang lain merasa kesulitan untuk membuat sebuah tulisan. Nah, di situlah ada masalah yang dialami orang lain, kita bisa membagikan tutorial cara menulis dengan gampang. Orang lain terbantu, kita dapat feedback berupa ucapan terimakasih atau uang dari hasil transaksi pembelian.

Sedikit tips praktis:
Kalo merasa nulis itu susah, cobalah menulis satu kalimat aja dulu. Lakukan setiap hari selama 30 hari. Kalo bosan, tambah kalimatnya hingga jadi satu paragraf. Kalo bosan lagi, tambah paragrafnya menjadi dua-tiga atau lebih. Rutinkan aja nulis setiap hari, sampai benar-benar terbiasa nulis.

Poin utamanya di ‘sharing brutal’ aja. Siapa tahu apa yang kita bagikan bisa menjadi amal jariyah buat nemenin di alam kubur kelak, ya kan..

Sedikit tarik mundur, jadi sebenarnya ini tulisan tentang mindset dasar membangun bisnis.

Emang bener kok, kalo mau bangun bisnis itu fokusnya harus ke market. Cek mereka punya masalah apa, cek apa kebutuhan dan keinginan mereka. Bukan atas dasar asumsi semata.

Ketika mau membangun bisnis berawal dari asumsi, idealnya harus mau menguji asumsi tersebut bener valid atau enggak.

Kalau ternyata asumsi tersebut nggak terbukti, bersedia nggak kalo harus melakukan evaluasi mendalam? Jangan sampai menolak, karena hanya mengedepankan asumsi dari ego diri sendiri.

Bayangin aja, berusaha jualan produk hasil asumsi tapi nggak ada yang beli karena nggak beneran dibutuhin target market, gimana mau mempertahankan bisnis, hayo? Ngeri, kan?!

Well.. Ku rasa tulisan tersebut harus ku akhiri sampai di sini.

* * *

Kamu ngerasain nggak, betapa sisi emosional begitu menonjol di tulisanku kali ini.

Saking lamanya draft tulisan ini nongkrong di akun Mediumku, aku sampai lupa sedang ada apa kala itu. Kok aku bisa-bisanya mempersiapkan tulisan sebegini emosionalnya.

Tapi di satu sisi, aku enak untuk melanjutkan tulisan dan proses editingnya.

Kenapa? Karena aku nulis dari hati. Lepas gitu.

Semoga kamu ketika baca tulisan ini juga merasakan sisi emosi yang sama, ya. Nggak harus ikutan ngamuk, lho. Cukup ngerasain aja. Hehehe…

Aku sebenarnya suka nulis semengalir ini. Membebaskan isi kepala dari tuntutan harus pakai tata aturan tulis begini-begitu.

Untuk konteks lain yang memang mengharuskan pakai aturan menulis, ya harus ku turuti, it’s OK.

Tapi untuk tulisan di channelku sendiri, aku berusaha untuk konsisten menulis aja dulu. Bebas nulis kayak gimana.

Bahkan aku malah cenderung nulis seperti aku lagi ngomong. Biar enak aja gitu.

Setidaknya aku sendiri menikmati prosesku menulis. Aku nyaman dengan gaya nulis seperti ini. Untuk sementara aku akan seperti ini dulu, karena ini caraku untuk sharing.

Makasih udah mampir baca.

Yuk sharing brutal!

--

--

Muhammad Nurul Hakim

I enjoy discussing various topics such as my daily activities, business, productivity, and tech matters. Visit my personal blog at: https://hakim.orderio.my.id