Berkomunikasi Aktif, Kenapa Harus?

Muhammad Nurul Hakim
3 min readJul 8, 2024

--

Saya amati ada sebagian orang yang terbiasa berkomunikasi secara aktif, ada juga yang lebih nyaman dalam bentuk pasif.

Keluarga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang aktif dalam hal berkomunikasi, termasuk komunikasi sesederhana melalui pesan singkat (SMS) atau melalui chat WhatsApp.

Almarhum abah selalu mengajarkan kepada kami sekeluarga jika beliau tengah bepergian ke luar kota, maka beliau akan mengabarkan diri apakah sudah sampai di lokasi tujuan atau belum. Beliau akan mengabarkan apakah selama perjalanan ada hal tertentu yang menghambat perjalanan sehingga lebih lama dari durasi normal ataukah tidak.

Abah ingin selalu berkoneksi dengan keluarga di mana pun tempatnya, melalui kabar yang mudah sekali dikirim di era teknologi maju sekarang ini.

hasil generate AI

Beliau memang sudah berpulang di penghujung tahun 2018, namun alhamdulillah saya masih ingat nasihat-nasihat beliau, masih nempel di kepala saya tentang apa saja kebiasaan yang beliau lakukan. Saya belajar banyak dari abah. Termasuk belajar bagaimana memanusiakan manusia, termasuk belajar bagaimana menjadi orangtua.

Karena terbiasa dengan apa yang dilakukan abah, maka mungkin secara alam bawah sadar aku nyaman melakukan metode berkabar seperti beliau. Bahkan sampai saat ini, ketika saya sudah berkeluarga dengan dikaruniai tiga anak lelaki yang masih kecil. Saya memberlakukan kegiatan berkabar seperti yang abah pernah ajarkan. Tanpa ditanya istri, maka saya akan mengirimkan kabar bahwa saya telah sampai di lokasi tujuan, atau jika belum sampai maka saya akan mengabarkan posisi terkini selama perjalanan kepada istri saya.

Dulu cara abah mengajarkan kepadaku adalah dengan memberi pesan singkat yang berbunyi semacam ini: “nanti kalo udah sampai, kabari, ya…”.

Singkat, padat, jelas. Begitulah tipe abah. Beliau mengajarkan dengan cara memberi stimulasi saja. Selebihnya sang anak perlu belajar tanggap dengan merespon secara tepat.

Secara umum, abah orang yang to the point. Asalkan logis, apa pun permintaan anak-anaknya akan abah kabulkan. Apalagi berkaitan dengan bidang keilmuan.

Saya berkuliah di Semarang dalam kurun waktu 2006–2011. Begitu saya sampai di kost, maka saya akan mengirim pesan singkat kepada abah dan mamah. Saya langsung menyampaikan situasi terkini pada saat itu.

Saya sangat bahagia berada di keluarga yang seperti itu. Meskipun jarak memisahkan, namun selalu ada keinginan untuk terus berkabar.

Berkomunikasi aktif. Begitu saya menyebutnya.

Apa manfaat melakukan komunikasi aktif semacam itu?

  1. Keluarga tahu dimana dan dengan siapa saya sedang pergi
  2. Keluarga tahu bagaimana situasi terkini yang sedang saya alami
  3. Keluarga bisa memperkirakan kapan saya akan sampai di rumah atau di lokasi tujuan

Kurang lebih itu manfaat yang saya rasakan. Antara pihak pertama dan pihak kedua yang saling berhubungan akan saling tahu kondisi terkini. Jika ada hal-hal yang ganjil dan perlu penanganan khusus, maka bisa ambil respon serelevan mungkin. Meminimalisir respon ngawur karena ada data yang jelas.

Di sisi lain, dengan saling berkabar maka menunjukkan bahwa orangtua begitu memperhatikan anak mereka, begitu pula sebaliknya.

Anak yang merasa diperhatikan oleh orangtua akan tercukupi kebutuhan akan kasih sayang. Membantu masa tumbuh-kembangnya menjadi manusia yang bahagia seutuhnya dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup.

Lalu, gimana dengan pertanyaan di judul tulisan ini: “Berkomunikasi Aktif, Kenapa Harus?

Jawaban saya: tidak harus, tapi jika kamu setuju dengan manfaat yang saya sampaikan tadi, maka berkomunikasilah secara aktif.

Kamu tidak harus menunggu ditanya, lalu baru mengirim kabar. Kamu tak harus dikangeni terlebih dahulu, lalu baru menyatakan diri bahwa kamu sedang kangen juga.

Berkomunikasi aktif ialah tentang inisiatif, tentang kesadaran diri bahwa kamu butuh melakukan hal itu.

* * *

Oh ya, saat ini saya sedang menantang diri untuk rutin sharing tentang dunia konten kreatif yang sudah saya jalani selama lebih dari 10 tahun.

Lahirlah sebuah email newsletter bertajuk: “Jadi Konten Kreator Kreatif”.

Melalui email newsletter tersebut, saya mengirim email di setiap akhir pekan tentang dunia kreasi konten, storytelling, bisnis digital dan hal lain yang relevan.

Kalo kamu tertarik di bidang tersebut, silakan join di sini: https://muhnurulhakim.beehiiv.com/subscribe

Kalo tak cocok, boleh unsubscribe kapan pun.

Tenang saja, saya tidak akan mengirim email spam. Kenapa? Karena saya juga tidak suka jika dikirimi email spam.

Yuk langsung join di sini: https://muhnurulhakim.beehiiv.com/subscribe

--

--

Muhammad Nurul Hakim

I enjoy discussing various topics such as my daily activities, business, productivity, and tech matters. Visit my personal blog at: https://hakim.orderio.my.id